KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.2
Oleh : Syamsudin, S.Pd
CGP Angkatan 5 Kabupaten Tolitoli
Instansi SMP Negeri 5 Ogodeide
1.
Buatlah
kesimpulan tentang apa yang dimaksud dengan 'Pemimpin Pembelajaran dalam
Pengelolaan Sumber Daya' dan bagaimana Anda bisa mengimplementasikannya di
dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah.
Pengelolaan Sumber Daya di sekolah dapat dibedakan menjadi dua jenis
yaitu Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (deficit-based approach) dan
Pendekatan berbasis aset (asset-based approach). Pendekatan berbasis
kekurangan/masalah (deficit-based approach) akan memusatkan perhatian kita pada
apa yang mengganggu atau menjadi permasalahan kita, apa yang kurang, dan apa
yang tidak berfungsi dengan baik sehingga membuat perasaan pesimis. Pendekatan
berbasis aset (asset-based approach) merupakan cara praktis menggali hal-hal
yang positif sehingga timbul perasaan optimis walaupun dengan sumber daya yang
minim. Pemimpin pembelajar harus menggunakan pendekatan berbasis asset dalam
pengelolaan sumber daya dan mengimplementasikannya di dalam kelas, sekolah
maupun masyarakat sekitar sekolah. Karena dengan lebih banyak membangun sisi
positif yang dimiliki, maka kekuatan sumber daya yang ada dipastikan akan
meningkat dan kemudian akan berkembang secara berkelanjutan.
2.
Jelaskan
dan berikan contoh bagaimana hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat akan
membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas?
Satuan pendidikan sebagai sebuah komunitas,
mempunyai hak mengatur, melaksanakan, dan mengawasi kegiatan pendidikan agar
efisiensi dan efektivitas penyelenggara pendidikan dapat tercapai seperti yang
diisyaratkan dalam standar pengelolaan pendidikan. Sekolah bisa kita pandang
sebagai sebuah komunitas. Karena itu, sekolah dapat belajar tentang bagaimana
menjadi komunitas yang sehat dan Tangguh. Sebagai sebuah komunitas, sekolah
dapat memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya sama seperti komunitas pada
umumnya. Pemanfaatan sumber daya yang dimiliki sekolah dapat memanfaatkan
konsep yang digunakan pada pendekatan pengembangan komunitas berbasis aset.
Contoh pengelolaan sumber daya yang terdapat
dalam 7 modal utama:
Ø Modal Manusia
Modal manusia terdiri dari pengawas, komite,
kepala sekolah, orang tua, guru, murid, penjaga, tendik dll. Salah satu contoh
pengelelolaan sumber daya manusia di sekolah adalah Guru/Pelatih Seni Sebagai
Contoh Pak Kardiman yanng merupakan seorang penata tari Tradisional yang dapat
diundang Kesekolah sebagai Pelatih Tari untuk peserta didik Sehingga Peserta
didik dapat mempelajari tari bahkan dapat mewakili sekolah untuk Ke jenjang
nasional dalam Festival dan lomba seni Tari.
Ø Modal Fisik
Dengan adanya modal fisik seperti bangunan
dan sarana prasarana yang mencukupi tentu saja dapat berpengaruh pada proses
pembelajaran yang berkualitas. Sebagai Contoh Perpustakaan Daerah yang dapat di
manfaatkan sebagai temapat peserta didik untuk belajar dan menambah Ilmu dari Materi
atau Buku yang ada di Perpustakaan tersebut, Selain Itu Gor Mokondongan yang
dapat di Manfaatkan Peserta didik untuk tempat berolahraga.
Ø Modal Lingkungan/Alam
Modal lingkungan seperti memeliki tanah yang
cukup untuk dijadikan media/sarana bercocok tanam, tidak hanya membaca dari
buku, Tanah untuk berkebun, danau
atau empang untuk berternak, semua hasil dari pohon seperti kayu, buah, bambu,
atau material bangunan yang bisa digunakan kembali.
Ø Modal Financial
Dengan dukungan modal financial tentu saja
proses pembelajaran akan lebih berkualitas. Karena banyak hal yang memang
memerlukan biaya. Membeli media pembelajaran, alat praktik dll. Modal finansial
juga termasuk pengetahuan tentang bagaimana menanam dan menjual sayur di pasar,
bagaimana menghasilkan uang dan membuat produk-produk yang bisa dijual,
bagaimana menjalankan usaha kecil, bagaimana memperbaiki cara penjualan menjadi
lebih baik, dan juga bagaimana melakukan pembukuan. Misalkan dengan
Memanfaatkan Cengkeh untuk membuat kerajinan dan dijual sehingga dapat
memberikan Dana/Finansial.
Ø Modal Sosial
Salah satu modal social yang ada di sekitar
sekolah adalah komunitas orang tua. Komunitas orang tua sangat penting dalam
mendukung proses pembelajaran yang berkualitas. Jika ada hal-hal yang tidak
bisa didanai oleh sekolah karena terbentur dengan aturan BOS, maka komunitas
sekolah disini memberikan solusi atas kendala tersebut. Sehingga proses
pembelajaran akan berjalan dengan berkuaitas.
Ø Modal Politik
Kerjasama dengan pihak lain diluar sekolah
juga sangat penting dalam pengelolaan sumber daya. Misalnya bekerja sama dengan
Dinas Kesehatan tentang peyuluhan Seks Edukasi. Proses pembelajaran kepada
murid agar sejak dini diperkenalkan seks edukasi agar mereka lebih dini
memahami dampak negative dari seks.
Ø Modal Agama dan Budaya
Modal agama sangat penting dalam pembelajaran
yang berkualitas, karena dengan modal agama seorang murid akan memahami bahwa
belajar adalah hal yang wajib bagi seseorang yang beragama. Sebagai contoh
dengan Perayaan Maulid yang di adakan Daerah Dijadikan sebagai Wadah untuk peserta
didik mengikuti Lomba Tahfidz, Ceramah, dan Kegiatan Agama lainya sehingga Peserta
didik dapat menambah pengetahuan dari kegiatan tersebut.
3.
Berikan
beberapa contoh bagaimana materi ini juga berhubungan dengan modul lainnya yang
Anda dapatkan sebelumnya selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak.
Ø Filosofi KHD
Ki Hadjar menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: "menuntun segala
kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota
masyarakat." Anak-anak disini adalah murid yang merupakan modal manusia
yang terdapat di sekolah yang dapat dikembangkan potensinya.
Ø Nilai dan Peran Guru Penggerak
Guru dalam hal ini adalah modal manusia
sebagai pemimpin pembelajaran yang memiliki nilai mandiri, reflektif,
kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid. Seorang guru juga berperan sebagai
pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru
lain, mendorong kolaborasi antar guru, serta mewujudkan kepemimpinan murid.
Dengan nilai dan peran guru penggerak yang dimiliki oleh guru, maka modal
manusia yang dimiliki akan menjadi potensi/asset yang kuat demi kepentingan
murid.
Ø Visi Guru Penggerak
Visi guru penggerak berbasis IA (Inkuiri
Apresiatif) yang dituangkan dalam canvas BAGJA, juga dipakai dalam pengelolaan
sumber daya. Menurut Cooperrider & Whitney (2005), Inkuiri Apresiatif
adalah suatu filosofi, landasan berpikir, yang berfokus pada upaya kolaboratif
menemukan hal positif dalam diri seseorang, organisasi, dan dunia sekitarnya,
baik dari masa lalu, masa kini, maupun masa depan.
Ø Budaya Positif
Budaya positif adalah sikap, nilai-nilai
kebajikan, keyakinan-keyakinan, kegiatan-kegiatan dan kebiasaan-kebiasaan yang
dilakukan oleh guru dan murid dari dalam dirinya dan mempunyai dampak positif
terhadap oranglain. Menciptakan budaya positif di sekolah dengan menerapkan
konsep-konsep inti seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman
dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas, segitiga
restitusi tidak dapat dilakukan oleh sendiri. Butuh kerja sama semua unsur
untuk mendukung terciptanya budaya sekolah. Unsur disini baik itu unsur biotik
mauoun abiotic yang terdapat dalam 7 modal utama. Dengan pengelolaan 7 modal
utama, budaya positif akan dicapai dengan baik.
Ø Pembelajaran Diferensiasi
Pembelajaran Berdiferensiasi adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang di dalamnya terdapat keputusan guru untuk
menyesuaikan proses pembelajaran di kelas yang berorientasi kepada kebutuhan
murid yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran, respon guru, lingkungan
belajar, manajemen kelas dan penilaian berkelanjutan. Pembelajaran
berdiferensiasi ini dapat terwujud dengan pengelolaan sumber daya yang ada di
sekolah, baik itu modal manusia (guru dan murid), modal fisik, modal budaya,
dll.
Ø Pembelajaran Kompetensi Sosial dan Emosional
PKSE adalah Pembelajaran yang dilakukan
secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini
memungkinkan anak dan pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah memperoleh
dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek
sosial dan emosional. Komunitas dalam hal ini adalah kumpulan manusia yang
terdapat dalam modal manusia. PSE juga dapat menggunakan modal fisik juga modal
lingkungan yang ada di sekolah. Dengan mengoptimalkan sumber daya di sekolah
sehingga capaian PSE akan maksimal.
Ø Coaching
Coacing adalah suatu kegiatan kolaborasi yang
dilakukan untuk membantu memaksimalkan potensi lawan bicara (choachee).
Pengembangan kekuatan dan potensi diri inilah yang menjadi tugas seorang coach
(pendidik/pamong). Apakah pengembangan diri seorang coachee cepat,
perlahan-lahan atau bahkan berhenti adalah tanggung jawab seorang coachee.
Pengembangan potensi ini sama dengan yang digunakan dalam pengelolaan sumber
daya. Dalam hal ini modal manusia dalam menuntun segala kodrat alam.
Ø Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab
Seorang pemimpin pembelajaran akan selalu
dihadapkan dengan dua situasi yaitu dilema etika dan bujukan moral ketika
dihadapkan dengan pengambilan keputusan yang tepat. Dengan bekal pengetahuan
pengambilan keputusan yang baik, seorang pemimpin pembelajaran diharapkan dapat
merumuskan keputusan dengan berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah
pengambilan dan pengujian keputusan. Hal tersebut sangat berkaitan dengan
pengelolaan asset atau sumber daya sekolah untuk kepentingan murid.
4.
Ceritakan
pula bagaimana hubungan antara sebelum dan sesudah Anda mengikuti modul ini,
serta pemikiran apa yang sudah berubah di diri Anda setelah Anda mengikuti
proses pembelajaran dalam modul ini.
Sebelum mempelajari
modul 3.2 tentang pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya,
terkadang saya masih berpikir berbasis kekurangan sehingga apa perasaan akan
mengarah pada sisi negative, pesimis dan kegagalan. Tetapi setelah mempelajari
modul ini, seorang pemimpin harus selalu berpikir berbasis kekuatan/potensi/asset
sehingga akan berpikir positif dan berhasil walaupun mempunyai asset yang
kurang. Maka selanjutnya saya akan terus merubah paradigma bahwa Pemimpin
pembelajar harus menggunakan pendekatan berbasis aset dalam pengelolaan sumber
daya dan mengimplementasikannya di dalam kelas, sekolah maupun masyarakat
sekitar sekolah. Karena dengan lebih banyak membangun sisi positif yang
dimiliki, maka kekuatan sumber daya yang ada dipastikan akan meningkat dan
kemudian akan berkembang secara berkelanjutan.
Koneksi Antar Materi
Berikut adalah Panduan Pertanyaan dan jawaban untuk membuat Rangkuman Kesimpulan
Pembelajaran (Koneksi Antarmateri):
1. Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap
Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan
sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?
Filosofi Pratap
Triloka KHD yang dikenal dengan Ing Ngarso Sung Thulodo, Ing Madyo
Mbangun Karso, dan Tut Wuri Handayani, menjadi sangat relevan untuk
dijadikan landasan dalam mengambil sebuah keputusan yang bertanggung jawab dan
berpihak pada murid. Karena sejatinya seorang guru adalah penuntun yang
tugasnya adalah menuntun kodrat anak, baik kodrat alam maupun kodrat zamannya
agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Makna kata
“Penuntun”, dapat dipahami sebagai “Pemimpin Pembelajaran”, yang berpusat pada
murid.
Berlandaskan filosofi Pratap Triloka
KHD dalam pengambilan keputusan di kelas akan membawa kepada perubahan positif
pada BUDI PEKERTI. BUDI (cipta, rasa, karsa) dan PEKERTI (tenaga/raga) harus
seimbang dan holistik. Kesempurnaan budi pekerti akan membawa anak pada
kebijaksanaan. Semua disiplin ilmu dan pengambllan keputun harus menuju kepada
KEBIJAKSANAAN. Menurut KHD, semua yang kita lakukan di bidang pendidikan harus
berorientasi kepada murid. Atau bahasa lain yang digunakan KHD adalah "
Bebas dari segala ikatan, dengan suci hati mendekati sang anak, tidak untuk
meminta sesuatu hak, namun untuk berhamba pada sang anak".
"Pendidikan itu
harus memerdekakan"
Pengambilan keputusan
yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran di kelas yang berpihak dan
memerdekakan murid akan menjadi contoh dan tauladan bagi murid-murid untuk
mulai berani mengambil keputusan-keputusan yang sesuai dengan pilihannya
sendiri tanpa paksaan dan campur tangan orang lain. Diharapkan bahwa murid akan
lebih nyaman untuk berkomunikasi dan menentukan pilihan keputusan bersama
dengan guru , dan para guru akan lebih memperhatikan kepentingan muridnya.
2. Bagaimana nilai-nilai yang
tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil
dalam pengambilan suatu keputusan?
Nilai-Nilai Kebajikan
Nilai-nilai yang
dimiliki seorang guru adalah nilai kebajikan, di antaranya keadilan,
tanggung Jawab, kejujuran, bersyukur, lurus hati, berprinsip, integritas, kasih
Sayang, rajin, komitmen, percaya Diri, kesabaran, dan masih banyak lagi.
Mengajarkan nilai-nilai kebajikan merupakan hal kunci yang perlu diajarkan
kepada murid-murid kita. Sebagai Calon Guru Penggerak, tentunya ada beberapa
nilai yang harus dipegang seperti nilai mandiri, reflektif, kolaboratif,
inovatif dan berpihak pada murid. Ketika kita menghadapi situasi dilema etika,
akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan
kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung
jawab dan penghargaan akan hidup.
Untuk dapat mengambil
keputusan diperlukan nilai-nilai atau prinsip dan pendekatan sehingga keputusan
tersebut merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko yang paling minim
bagi semua pihak, terutama bagi kepentingan /keberpihakan pada anak didik kita.
3. Bagaimana kegiatan terbimbing
yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan
'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam
perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan
keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah
efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan
tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah
dibahas pada modul 2 sebelumnya.
Dalam dunia
pendidikan Coaching merupakan proses untuk mengaktivasi kerja otak murid.
Pertanyaan-pertanyaan reflektif yang diberikan Coach dapat membuat murid
melakukan metakognisi untuk mengambil keputusan dengan memilih sendiri
alternatif/solusi dari permasalahan yang dihadapinya tanpa paksaan dan campur
tangan orang lain. Proses coaching dilakukan sebagai pendampingan bagi
coachee dalam menemukan solusi dan menggali potensi yang ada dalam diri, yang
kemudian dituangkan dalam sebuah tindakan sebagai bentuk tanggung jawab
(TIRTA).
Menilik kembali
filosofi Ki Hajar Dewantara tentang peran utama guru (Pamong/Pedagog), maka
memahami pendekatan Coaching menjadi selaras dengan Sistem Among sebagai salah
satu pendekatan yang memiliki kekuatan untuk menuntun kekuatan kodrat anak
(murid). Pendekatan coaching sistem among dapat diterapkan dengan menggunakan
metode TIRTA yang merupakan kepanjangan dari T: Tujuan, I:
Identifikasi, R: Rencana aksi, dan TA: Tanggung
jawab. Dari segi bahasa, TIRTA berarti air. Air mengalir dari hulu ke
hilir. Jika kita ibaratkan murid kita adalah air, maka biarlah ia merdeka,
mengalir lepas hingga ke hilir potensinya. kita, sebagai guru memiliki tugas
untuk menjaga air itu tetap mengalir, tanpa sumbatan. Tugas guru adalah
menuntun atau membantu murid (coachee) menyadari bahwa mereka mampu menyingkirkan sumbatan-sumbatan yang
mungkin menghambat perkembangan potensi dalam dirinya. Hal ini selaras
dengan Tujuan coaching yaitu untuk melejitkan potensi murid agar
menjadi lebih merdeka
Pendekatan
coaching model TIRTA menjadi selaras jika disandingkan dengan 9 langkah
pengambilan dan pengujian keputusan yang bertanggung jawab dan berpihak pada
anak. Keterampilan coaching akan membantu dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan untuk memprediksi hasil, dan melihat berbagai opsi
sehingga dapat mengambil keputusan dengan baik.
Dalam proses
coaching, seorang coach menuntun agar coachee dapat menggali, memetakan
situasinya sehingga menghasilkan pemikiran atau ide-ide baru atas situasi yang
sedang dihadapi. Proses coaching menekankan pada proses inkuiri yaitu kekuatan
pertanyaan atau proses bertanya yg muncul dalam dialog saat coaching. Pertanyaan
efektif mengaktifkan kemampuan berpikir reflektif para murid dan keterampilan
bertanya mereka dalam pencarian makna dan jawaban atas situasi atau fenomena
yang mereka hadapi dan jalani.
4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek
sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?
Diperlukan kompetensi
kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran
sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship
skills) untuk mengambil keputusan. Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab
adalah kemampuan seseorang untuk membuat pilihan-pilihan yang konstruktif
terkait dengan perilaku pribadi serta interaksi sosial mereka berdasarkan
standar etika, pertimbangan keamanan dan keselamatan, serta norma sosial
(CASEL).
Diharapkan proses
pengambilan keputusan dapat dilakukan
secara sadar penuh (mindful), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi
yang ada. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa di dalam kondisi berkesadaran
penuh, terjadi perubahan fisiologis seperti meluasnya area otak yang terutama
berfungsi untuk belajar dan mengingat, berkurangnya stres, dan munculnya
perasaan tenang dan stabil (Kabat-Zinn, 2013, hal. 37). Dengan latihan
berkesadaran penuh, maka seseorang dapat menumbuhkan perasaan yang lebih tenang
dan pikiran yang lebih jernih, yang akan berpengaruh pada keputusan yang lebih
responsif dan reflektif.
5. Bagaimana pembahasan studi
kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang
dianut seorang pendidik
Sebagai
seorang pendidik seringkali kita dihadapkan pada suatu keadaan di mana kita
harus mengambil sebuah keputusan sulit. Namun, perlu kita ketahui bahwa
tidak semua keputusan sulit tersebut merupakan dilema etika. Ada kalanya itu
lebih berupa bujukan moral.
"Etika terkait
dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral. Akal dan moral dua
dimensi manusia yang saling berkaitan. Etika terkait dengan karsa karena
manusia memiliki kesadaran moral." (Rukiyanti, L. Andriyani,
Haryatmoko, Etika Pendidikan, hal. 43).
Dari kutipan di atas kita bisa menarik
kesimpulan bahwa karsa merupakan suatu unsur yang tidak terpisahkan dari
perilaku manusia. Karsa ini pun berhubungan dengan nilai-nilai atau
prinsip-prinsip yang dianut oleh seseorang, disadari atau pun tidak.
Nilai-nilai atau prinsip-prinsip inilah yang mendasari pemikiran seseorang
dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika. Ketika Guru berhadapan dengan kasus-kasus yang fokus
pada masalah moral atau etika, maka nilai-nilai diri yang dianut dan yang
paling dihargai oleh seorang pendidik akan sangat mempengaruhi dalam proses
pengambilan keputusan. Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak
seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak
pada murid, tentunya akan sangat mempengaruhi paradigma dan prinsip
pengambilan keputusan seorang Guru Penggerak.
Selama ini pada saat
mengambil keputusan, landasan pemikiran kita memiliki kecenderungan pada
prinsip: (1) Melakukan, demi kebaikan orang banyak.; (2) Menjunjung
tinggi prinsip-prinsip/nilai-nilai dalam diri kita; (3) Melakukan apa yang
Anda harapkan orang lain akan lakukan kepada diri Anda.
Etika tentunya bersifat relatif dan
bergantung pada kondisi dan situasi, dan tidak ada aturan baku yang berlaku.
6. Bagaimana pengambilan
keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang
positif, kondusif, aman dan nyaman.
Setiap keputusan yang
kita ambil akan ada konsekuensi yang mengikutinya, dan oleh sebab itu setiap keputusan
perlu berdasarkan pada rasa tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal dan
berpihak pada murid.
Sebagai
upaya pengambilan keputusan yang tepat, yang berdampak pada terciptanya
lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman dapat dilakukan dengan
bebrapa tahap berikut, yaitu:
Jenis Paradigma
tersebut yaitu:
1. Individu lawan
kelompok (individual vs community).
2. Rasa keadilan
lawan rasa kasihan (justice vs mercy).
3. Kebenaran lawan
kesetiaan (truth vs loyalty).
4. Jangka pendek
lawan jangka panjang (short term vs long term)
1.
Berpikir
Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking).
2.
Berpikir
Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking).
3.
Berpikir
Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
1. 1. Mengenali
nilai-nilai yang saling bertentangan
2. Menentukan siapa
yang terlibat dalam situasi ini.
3. Kumpulkan
fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.
4. Pengujian benar
atau salah
5. Pengujian
Paradigma Benar lawan Benar.
6. Melakukan Prinsip
Resolusi
7. Investigasi Opsi
Trilema
8. Buat Keputusan
9. Lihat lagi
Keputusan dan Refleksikan
· bersikap reflektif,
kritis, dan kreatif dalam proses tersebut
7. Selanjutnya, apakah
kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk
menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah
ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?
8. Dan pada akhirnya, apakah
pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang
memerdekakan murid-murid kita?
"Beban dan amanah
kepemimpinan adalah mengimbangi semua prioritas yang terpenting. Tugas saya
dalam pendidikan adalah melakukan yang terbaik. Apa yang diinginkan
kadang-kadang belum tentu itu yang terbaik. Dan untuk membuat perubahan,
apalagi perubahan transformasional, pasti ada kritik. Sebelum mengambil
keputusan, tanyakan, apakah yang kita lakukan berdampak pada peningkatan
pembelajaran murid?" (Nadiem Makarim, 2020)
Pada
konteks merdeka belajar, proses pembelajaran yang dilakukan adalah yang
berpihak pada murid. Karena itu, pengambilan keputusan yang dilakukan guru
dalam proses pembelajaran hendaknya dapat “menuntun” dan memberikan ruang bagi
murid dalam proses pengajaran untuk merdeka mengemukakan pendapat dan
mengekspresikan ilmu -ilmu baru yang didapatnya. Dengan demikian murid-murid
dapat belajar mengambil keputusan yang sesuai dengan pilihannya sendiri tanpa
paksaan dan campur tangan orang lain.
9. Bagaimana seorang
pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan
atau masa depan murid-muridnya?
Seorang pemimpin
pembelajaran yang memiliki penalaran yang baik, sepantasnya menghargai
konsep-konsep dan prinsip-prinsip etika yang pasti. Prinsip-prinsip etika
sendiri berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati dan disetujui
bersama, lepas dari latar belakang sosial, bahasa, suku bangsa, maupun agama
seseorang. Nilai-nilai kebajikan universal meliputi hal-hal seperti Keadilan,
Tanggung Jawab, Kejujuran, Bersyukur, Lurus Hati, Berprinsip, Integritas, Kasih
Sayang, Rajin, Komitmen, Percaya Diri, Kesabaran, dan masih banyak lagi.
Keputusan-keputusan
yang diambil oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran akan merefleksikan
nilai-nilai yang dijunjung tinggi, dan akan menjadi rujukan atau teladan bagi
seluruh warga sekolah, terutama bagi murid. Pendidik adalah teladan bagi
murid untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila.
10. Apakah kesimpulan akhir
yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya
dengan modul-modul sebelumnya?
Guru sebagai pendidik
yang peran utamanya adalah "menuntun" segala kodrat yang dimiliki
oleh anak, baik kodrat alam maupun kodrat zamannya, agar anak meraih
kemerdekaannya dalam belajar. Dalam proses menuntun, guru berperan sebagai
pamong, yang mengedepankan azaz pratap trikolaka ing ngarso sung
thulodo, ing madyo mbangun karso, dan tut wuri handayani dalam
kepemimpinannya di pembelajaran. Pratap Triloka KHD yang dikedepankan oleh
guru dalam pengambilan keputusan di kelas akan membawa kepada perubahan positif
pada BUDI PEKERTI anak. Kesempurnaan budi pekerti akan membawa anak pada
kebijaksanaan. Semua disiplin ilmu dan pengambilan keputun harus menuju kepada
KEBIJAKSANAAN.
Dibutuhkan
nilai-nilai kebajikan agar setiap keputusan yang diambil oleh guru
merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko yang paling minim bagi
semua pihak, terutama bagi kepentingan /keberpihakan pada anak didik kita.
Nilai-nilai kebajikan tersebut dapat berupa: keadilan, tanggung Jawab,
kejujuran, bersyukur, lurus hati, berprinsip, integritas, kasih Sayang, rajin,
komitmen, percaya Diri, kesabaran, dan masih banyak lagi. Mengajarkan
nilai-nilai kebajikan merupakan hal kunci yang perlu diajarkan kepada
murid-murid kita. Selain itu terdapat nilai khusus bagi Calon guru Penggerak
yang akan menjadi role model bagi murid yaitu: mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid,
tentunya akan sangat mempengaruhi paradigma dan prinsip pengambilan keputusan
seorang Guru Penggerak.
Selain
itu, diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri
(self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan
berhubungan sosial (relationship skills) untuk mengambil keputusan. Pengambilan
keputusan yang bertanggung jawab adalah kemampuan seseorang untuk membuat pilihan-pilihan
yang konstruktif terkait dengan perilaku pribadi serta interaksi sosial mereka
berdasarkan standar etika, pertimbangan keamanan dan keselamatan, serta norma
sosial (CASEL). Diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindful), sadar dengan
berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada. Karena di dalam kondisi
berkesadaran penuh, terjadi perubahan fisiologis seperti meluasnya area otak
yang terutama berfungsi untuk belajar dan mengingat, berkurangnya stres, dan
munculnya perasaan tenang dan stabil. Dengan latihan berkesadaran penuh,
maka seseorang dapat menumbuhkan perasaan yang lebih tenang dan pikiran yang
lebih jernih, yang akan berpengaruh pada keputusan yang lebih responsif dan
reflektif.
Setiap keputusan yang
kita ambil akan ada konsekuensi yang mengikutinya, dan oleh sebab itu setiap
keputusan perlu berdasarkan pada rasa tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan
universal dan berpihak pada murid. Sebagai upaya pengambilan
keputusan yang tepat, yang berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif,
kondusif, aman dan nyaman dapat dilakukan dengan bebrapa tahap berikut, yaitu:
Jenis Paradigma
tersebut yaitu:
1. Individu lawan
kelompok (individual vs community).
2. Rasa keadilan
lawan rasa kasihan (justice vs mercy).
3. Kebenaran lawan
kesetiaan (truth vs loyalty).
4. Jangka pendek
lawan jangka panjang (short term vs long term)
4.
Berpikir
Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking).
5.
Berpikir
Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking).
6.
Berpikir
Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
1. 1. Mengenali
nilai-nilai yang saling bertentangan
2. Menentukan siapa
yang terlibat dalam situasi ini.
3. Kumpulkan
fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.
4. Pengujian benar
atau salah
5. Pengujian
Paradigma Benar lawan Benar.
6. Melakukan Prinsip
Resolusi
7. Investigasi Opsi
Trilema
8. Buat Keputusan
9. Lihat lagi
Keputusan dan Refleksikan