Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran
yang di dalamnya terdapat serangkaian kegiatan yang disusun secara sistematis
oleh guru agar mampu mengakomodir seluruh kebutuhan murid yang berbeda di dalam
kelas atau lingkungan sekolah. Sebagai guru, tentunya dipahami bahwa jumlah
murid yang diajar di dalam kelas memiliki keberagaman tersendiri karena
sejatinya setiap murid memiliki keunikannya masing-masing. Dengan keunikan
tersebut, guru sebagai pendidik bertindak sebagai fasilitator dalam memahamkan
materi kepada murid dan memfasilitasi agar semua murid mampu memproses ide atau
informasi yang diperolehnya serta mampu mengembangkan suatu produk sesuai
dengan kemampuan muridnya masing-masing. Untuk itu, pada pembelajaran
berdiferensiasi, perlu persiapan atau strategi pembelajaran yang tepat dari
guru baik meliputi diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi
produk dengan mengacu pada aspek pemetaan kebutuhan belajar murid.
Dasar pemetaan kebutuhan belajar murid dalam
menerapkan pembelajaran berdiferensiasi meliputi tiga hal, yaitu:
1. Kesiapan
Belajar Murid
Sebelum mempelajari materi atau topik, guru perlu
memetakan kebutuhan murid. Dalam hal ini, guru harus mendiagnosa kesiapan
belajar murid. Misalnya, pada diferensiasi konten, ada murid yang sudah siap
mempelajari materi yang di dalamnya terdapat masalah berupa tantangan atau
kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS). Ada juga murid yang mungkin
masih perlu mempelajari hal-hal yang mendasar dalam memahami materi. Tentunya,
perbedaan kognitif dari murid membantu guru untuk mempersiapkan bahan ajar,
cara atau strategi yang dapat mengakomodir kebutuhan tersebut dalam
pembelajaran. Jumlah bantuan atau dukungan yang diberikan guru kepada murid
menyesuaikan dengan tingkat kesiapan belajar murid itu sendiri.
2. Minat
Belajar Murid
Hal lain yang perlu dilakukan sebelum melakukan
pembelajaran berdiferensiasi adalah guru perlu memetakan murid berdasarkan
minat belajarnya. Sebagai contoh, ada murid yang senang belajar seni, olah
raga, sains atau bidang-bidang tertentu. Dalam hal ini, guru harus siap untuk
memfasilitasi kebutuhan murid tersebut. Guru dapat memberikan pilihan kepada
muridnya untuk belajar sesuai dengan minatnya, misalnya dalam menghasilkan
produk. Dalam diferensiasi produk, murid menghasilkan produk sebagai bentuk
pencapaian tujuan pembelajaran yang disesuaikan dengan minat belajar murid
masing-masing. Murid diberikan kebebasan dalam belajar. Murid bebas
menghasilkan produk baik berupa teks atau tulisan seperti artikel, narasi,
karangan atau bentuk produk lain yang sesuai minat belajarnya seperti audio,
video, poster, mind mapping dan lainnya baik secara individu
maupun secara berkelompok selama produk tersebut merujuk pada indikator atau
standarisasi minimum penilaian.
3. Profil
Belajar Murid
Pemetaan kebutuhan murid berdasarkan profil belajar
murid lebih kepada bagaimana murid belajar sesuai dengan gaya belajarnya yang
beragam atau bervariasi. Misalnya pada diferensiasi proses, untuk murid yang
memiliki gaya belajar visual maka pada proses pembelajaran guru dapat
memberikan materi dengan menggunakan media berupa gambar-gambar, tampilan slide
power point, grafik dan sebagainya yang membantu murid dalam belajar dan
mengaitkan konsep satu dengan yang lainnya sesuai dengan kehidupan sehari-hari.
Demikian pula, untuk murid yang memiliki gaya belajar auditori maka guru dapat
memberikan materi menggunakan atau diiringi dengan musik.
Dengan ketiga dasar pemetaan tersebut, guru akan
mampu merancang pembelajaran berdiferensiasi dengan baik agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai, yaitu mampu mengakomodir segala perbedaan dari
murid, apa yang dibutuhkan oleh murid dalam belajar dan apa yang dapat
dilakukan oleh murid terhadap pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya
serta bagaimana guru dapat merespon seluruh kebutuhan belajar murid yang
berbeda tersebut. Pembelajaran berdiferensiasi tidak berarti bahwa guru harus
melakukan kegiatan yang berbeda dalam membuat perencanaan pembelajaran atau
menyusun beberapa perencanaan pembelajaran untuk setiap kali pertemuan. Namun,
dalam melakukan praktek pembelajaran berdiferensiasi tentunya harus dilakukan
secara efektif dan efisien, mempertimbangkan moda, usaha dan waktu yang
digunakan.
Melaksanakan pembelajaran
berdiferensiasi dengan efektif dan efisien juga dipengaruhi oleh faktor
lingkungan. Sebagai guru, tentu memiliki peran yang sangat penting dalam
menciptakan atmosfer lingkungan belajar yang memungkinkan murid untuk berada
dalam kondisi jauh dari rasa takut, berani dan tampil percaya diri dalam
mengungkapkan ide atau pendapat, senang dalam berkolaborasi, berpartisipasi
aktif dalam diskusi, menyukai tantangan atau hal-hal baru sehingga murid
mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna. Dalam hal ini, berbagai
pendekatan dilakukan oleh guru terhadap konten, proses dan produk dalam
pembelajaran berdiferensiasi untuk menumbuhkan motivasi murid agar menjadi
pembelajar sepanjang hayat. Demikian pula, umpan balik, evaluasi dan refleksi
secara kontinyu juga terus dilakukan agar guru pun menjadi pembelajar sepanjang
hayat. Jika pembelajaran berdiferensiasi ini dilakukan dengan efektif dan
efisien maka semua murid akan merasa aman dan nyaman dalam belajar serta
pemenuhan kebutuhan murid dapat terwujud, tidak akan ada murid yang merasa
diistimewakan atau sebaliknya. Implementasi pembelajaran berdiferensiasi ini
juga akan memberikan kemudahan bagi guru dalam memetakan dan mengakomodir
seluruh kebutuhan murid untuk mempersiapkan mereka dalam menghadapi tantangan
dan perubahan zaman yang selalu berubah.
Pendidikan
holistik adalah pendidikan untuk membangun tumbuh kembang anak dengan
mengembangkan segala potensi yang ada pada diri anak secara seimbang yang
nantinya menghasilkan kebijaksanaan dan nilai-nilai kemanusiaan sehingga dapat
melahirkan generasi bangsa yang merupakan cikal bakal dari Profil Pelajar
Pancasila yang Beriman dan Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak
Mulia: Pelajar Indonesia yang berakhlak mulia adalah pelajar yang berakhlak
dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, pelajar yang memahami ajaran
agama dan kepercayaannya serta menerapkan pemahaman tersebut dalam kehidupan
sehari-hari. Mandiri: Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu
pelajar yang bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya dan memiliki
kesadaran akan diri dan sistuasi yang dihadainya.
Bernalar Kritis: Pelajar
Indonesia yang mampu secara objektif memproses informasi, baik kualitatif
maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi,
menganalisis informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya. Gotong Royong:
Pelajar Indonesia yang memiliki kemampuan untuk melakukan kegiatan secara
bersama-sama, berkolaborasi dengan suka rela agar kegiatan yang dikerjakan
dapat berjalan lancar, mudah dan ringan. Berkebinekaan Global: Pelajar Indonesia
mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya dan tetap berpikiran
terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain, sehingga menumbuhkan rasa saling
menghargai dan kemungkinan terbentuknya budaya baru yang positif dan tidak
bertentangan dengan budaya luhur bangsa.
Calon Guru Penggerak Angkatan 5 Kabupaten Tolitoli
Salam Guru Penggerak
Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.
Salam, Bahagia dan Sehat Selalu
Pengajaran
merupakan bagian dari pendidikan
‘pengajaran’
(onderwijs) itu merupakan salah satu bagian dari pendidikan. Maksudnya,
pengajaran itu tidak lain adalah pendidikan dengan cara memberi ilmu atau berfaedah
buat hidup anak-anak, baik lahir maupun batin.
pendidikan
diartikan sebagai ‘tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak’. Maksud Pendidikan
yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai
manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
(Ki
Hajar Dewantara)
Menjadi
Seorang guru merupakan suatu anugrah dan keindahan tiada tara didunia ini
memberi tanpa pamrih dan mengharapkan imbalan apapun, guru merupakan prfesi
yang sangat mulia seperti kata pepatah “Seorang guru itu adalah orang yang menginspirasi bahwa selalu ada
bebatuan di jalan yang menghadang dan bagaimana memanfaatkan batu tersebut”.
Yang artinya dapat dikatakan bahwa, peran utama seorang guru ialah menuntun
seorang anak/peserta didik ke arah kodratnya yang lebih baik. Namun saat ini Sebagai seorang guru terkadang perlakuan kepada siswa dengan memberikan tuntutan
tugas, nilai dan lebih berfokus kepada intelektual atau kognitifnya saja,
sehingga terkadang anak tidak memiliki kebebasan bahkan tertekan dengan segala
pola pembelajaran yang membuat mereka tidak berkembang sesuai dengan kodrat dan
segala potensi yang dimilikinya. Akhirnya anak tersebut tidak bersemangat atau
kurang meminati mata pelajaran tertentu atau semangat untuk belajarnya menjadi
berkurang ataupun melakukan hal-hal yang bertentangan dengan segala aturan yang
telah ditetapkan. Kondisi tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam
menerapkan pola pembelajaran yang kreatif, inovasi, menyenangkan dan berpusat kepada
anak, serta masih seringnya terjadi pembelajaran yang berpusat pada guru hingga
saat ini, terutama didaerah yang masih berada dalam kategori 3T (Tertinggal, Terdepan
dan Terluar).
Sebagai Seorang guru yang telah mengikuti
Seleksi Calon Guru penggerak (CGP) angkatan 5 Kabupaten Tolitoli, tentunya
dalam proses pembelajaran seorang guru juga harus terus mengembangkan diri dan
mengasah kompetensi diri dalam berbagai hal, baik secara individu, Komunitas,
mengikuti kegiatan – kegiatan yang telah dirilis oleh Bapak Mentri Pendidikan
Indonesia, Guru Belajar, Guru Berbagi, Guru penggerak serta mengikuti berbagai
pembelajaran maupun pelatihan – pelatihan yang tersedia dari berbagai sumber
media/teknologi saat ini. Seperti pada pemaparan sebelumnya bahwa satu program
yang bisa diikuti saat ini ialah “Guru Penggerak’’.
Guru penggerak merupakan episode kelima dari rangkaian kebijakan Merdeka
Belajar. Guru penggerak ini bertujuan untuk menyiapkan para pemimpin pendidikan
Indonesia masa depan, yang mampu mendorong tumbuh kembang murid secara
holistik; aktif dan proaktif dalam mengembangkan guru di sekitarnya untuk
mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid serta menjadi
teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil
pelajar pancasila.
Proses Pendidikan guru Penggerak angkatan 5 saat
ini dikhususkan pada modul 1.1 yaitu kegiatan pembelajaran yang difokuskan kepada
Refleksi Filosifis Pendidikan Nasioal Ki Hajar Dewantara, Sebagai seorang Bapak
Pendidikan Indonesia yang di telah memperjuangkan pendidikan di Indonesia sejak
zaman Kolonial, yang pada saat itu masih berfokus pada pendidikan untuk
anak-anak bangsawan dan Para Calon doktor namun dari perjuangan beliau akhirnya
berhasil mempelopori kemerdekaan pendidikan di Indonesia dan berhasil
mendirikan Suatu lembaga pendidikan yang hingga saat ini dikenal sebagai
sekolah Taman siswa dalam setiap sejarah pendidikan di Indonesia.
Dalam dunia pendidikan ini sendiri terdapat
tiga semboyang yang dipaparkan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu “ Ing Ngarso Sung
Tolodo, Ing Madya Mangun Karso dan Tut wuri Handayani” yang artinya dapat
dijabarkan sebagai di “Depan memberi contoh untuk peserta didik maksudnya
sebagai seorang guru harus selalu memberikan contoh/teladan yang baik kepada peserta
didik dari segala kepribadiannya cara berbicara, cara berpakaian, maupun cara
bersikap”. Kemudian “Ditengah Sebagai pemberi semangat, Perangkul, Penuntun dan
selalu berinovasi, kreatif dalam menciptakan pembelajaran yang berfokus kepeserta
didik”. Selanjutnya “dibelakang seorang pendidik
harus bisa memberikan dorongan, motivasi, arahan dan penyemangat kepada seluruh
warga sekolah dan lingkungan tempat tinggalnya”.
Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan, adalah kodrat keadaan
yang terdiri dari kodrat alam dan jaman. Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa
dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat
alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana anak berada,
sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama”. Kedua kodrat ini
berkaitan dengan dengan nilai-nilai dan sifat-sifat kemanusiaan peserta didik.
Ki Hajar Dewantara hendak mengingatkan pendidik bahwa pendidikan anak sejatinya
melihat kodrat diri anak dengan selalu berhubungan dengan kodrat zaman. Bila
melihat dari kodrat zaman saat ini, pendidikan global menekankan pada kemampuan
anak untuk memiliki keterampilan abad 21 dengan melihat kodrat anak indonesia
sesungguhnya. Ki Hajar Dewantara mengingatkan juga bahwa pengaruh dari luar
tetap harus disaring dengan tetap mengutamakan kearifan lokal budaya indonesia.
Berikut satu contoh Kegiatan yang telah dilakukan dalam Memahami
Filosofi dasar Ki Hajar Dewantara
Berdasarkan Pada konsep pemikiran Ki Hajar
Dewantara, itu sangat menginspirasi diri saya sebagai seorang Calon Guru
Penggerak Angkatan 5 Kabupaten Tolitoli untuk terus menambah wawasan, pentgetahuan
serta mengimplikasikanya di lingkungan sekolah maupun di Lingkungan masyarakat,
dalam kegiatan pembelajaran penulis dalam hal ini akan menggunakan proses pembelajaran
yang berfokus pada peserta didik dan menggunakan pembelajaran-pembelajaran yang
menyenangkan namun tetap menajaga warisan budaya Indonesia, Menjadi Pegajar
yang baik, memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk
senyaman mungkin dalam suasana bahagia tanpa adanya rasa tertekan serta bersikap sebagai pelayan dan Fasilitator
untuk peserta didik. Sehingga nantinya akan terbentuknya lingkungan Belajar
yang berfokus pada peserta didik dan menjalankan program kementrian yaitu
Mereka Belajar.
Hari ini saya melakukan
perjalanan menuju kepulau Kabetan seperti biasanya, berjalan di samping rumah
makan yang terkadang menginjak tulang ikan yang dibuang kelaut belum lagi yang
lainya, namun saya tidak memiliki pilihan lain selain melewatinya, karena hanya
itulah akses satu-satunya menuju ketempat kerja. Dengan menggunakan perahu
nelayan dengan ukuran yang sedang tentunya membuat perasaan saya was-was,
apalagi ketika ditengah laut sedang hujan jadinya barang-barang yang tidak bisa
basah segera diamankan ketempat yang terlindung di perahu nelayan serta saat
mengaturnya harus hati-hati jagan sampai saya jatuh atau tercebur dilaut,
karena saya tidak tau cara berenang. Selain itu ketika hujan redah angin
bertiup dengan kencang yang menyebabkan ombak semakin tinggi, namun bagi
masyarakat asli yang tinggal di Pulau bagi mereka itu biasa-biasa saja, tetapi
saya sangat takut.
Setelah tiba disekolah di
tempat kerja saya harus langsung membersihkan tempat tidur atau kamar saya di
perpustakaan walaupun kami sudah cukup lelah dan pusing di perahu nelayan,
namun kami tetap harus membersikannya terlebih dahulu sehingga bisa
beristirahat dengan nyaman. Terkadang saya ingin mengajak peserta didik untuk
membersihkan tempat tinggal kami, namun saya juga sadar bahwa ini adalah tempat
tinggal saya dan saya tidak bisa melibatkan peserta didik dalam hal ini.
Setelah kejadian yang
saya alami selama perjalanan dan sampai dipulau Hari ini, saya mulai sadar
bahwa saya bisa mengajak siswa untuk membersihkan daerah disekitar kita
terlebih dahulu sebelum ketempat lain. Daerah yang akan pertama kami bersihkan
adalah di pinggiran pantai pulau kabetan dan lingkungan sekolah. Dengan begitu
peserta didik dan guru bisa bekerja sama, saling bergotong royong bersama
membersihkan di daerah sekitar kita. Serta untuk untuk menjaga barang – barang
saya tidak basah maka berikutnya saya harus menyediakan kantong plastik besar
yang cukup untuk menutupi barang – barang. Tentunya untuk melakukan hal-hal
tersebut saya sangat membutuhkan dukungan dan kerja sama bersama teman-teman
guru yang lain.
Selama melakukan
pelatihan dan perubahan pemikiran dalam proses pembelajaran di sekolah saya
merasa terus tertantang untuk terus melakukan perubahan diri ke arah yang lebih
baik lagi, serta membimbing anak didik untuk membimbing mereka kearah kodrat
mereka untuk mencapai kehidupan yang lebih baik lagi. Dalam hal ini ini saya
ingin melakukan perubahan dalam proses pembelajaran ke arah pembelajaran yang
lebih berfokus kepada peserta didik yang lebih menyenangkan dan bisa membuat
peserta didik bahagia ketika sedang belajar matematika, meningkatkan motivasi
belajar mereka dengan permainan dan rutin melakukan kerjasama atau gotong
royong dalam membersihkan daerah sekitar sekolah dan masyarakat.
Alhamdulillah setelah melakukan pembelajaran dengan berfokus pada anak
pembelajaran menjadi lebih aktif dan menyenangkan dalam pembelajaran maupun
permainan. Proses pembelajaran sesuai dengan Filosofi Ki Hajar Dewantara Berjalan
dengan baik dari Menuntun Siswa menuju Kodratnya, Mengajarkan Siswa Sopan
Santun, Gotong royong dan berkolaborasi.
Serta Refleksi ini sudah
saya Rangkum dalam sebuah tulisan E- Fortofolio berlajut di Google site di link
berikut.