Koneksi Antar Materi
Berikut adalah Panduan Pertanyaan dan jawaban untuk membuat Rangkuman Kesimpulan
Pembelajaran (Koneksi Antarmateri):
1. Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap
Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan
sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?
Filosofi Pratap
Triloka KHD yang dikenal dengan Ing Ngarso Sung Thulodo, Ing Madyo
Mbangun Karso, dan Tut Wuri Handayani, menjadi sangat relevan untuk
dijadikan landasan dalam mengambil sebuah keputusan yang bertanggung jawab dan
berpihak pada murid. Karena sejatinya seorang guru adalah penuntun yang
tugasnya adalah menuntun kodrat anak, baik kodrat alam maupun kodrat zamannya
agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Makna kata
“Penuntun”, dapat dipahami sebagai “Pemimpin Pembelajaran”, yang berpusat pada
murid.
Berlandaskan filosofi Pratap Triloka
KHD dalam pengambilan keputusan di kelas akan membawa kepada perubahan positif
pada BUDI PEKERTI. BUDI (cipta, rasa, karsa) dan PEKERTI (tenaga/raga) harus
seimbang dan holistik. Kesempurnaan budi pekerti akan membawa anak pada
kebijaksanaan. Semua disiplin ilmu dan pengambllan keputun harus menuju kepada
KEBIJAKSANAAN. Menurut KHD, semua yang kita lakukan di bidang pendidikan harus
berorientasi kepada murid. Atau bahasa lain yang digunakan KHD adalah "
Bebas dari segala ikatan, dengan suci hati mendekati sang anak, tidak untuk
meminta sesuatu hak, namun untuk berhamba pada sang anak".
"Pendidikan itu
harus memerdekakan"
Pengambilan keputusan
yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran di kelas yang berpihak dan
memerdekakan murid akan menjadi contoh dan tauladan bagi murid-murid untuk
mulai berani mengambil keputusan-keputusan yang sesuai dengan pilihannya
sendiri tanpa paksaan dan campur tangan orang lain. Diharapkan bahwa murid akan
lebih nyaman untuk berkomunikasi dan menentukan pilihan keputusan bersama
dengan guru , dan para guru akan lebih memperhatikan kepentingan muridnya.
2. Bagaimana nilai-nilai yang
tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil
dalam pengambilan suatu keputusan?
Nilai-Nilai Kebajikan
Nilai-nilai yang
dimiliki seorang guru adalah nilai kebajikan, di antaranya keadilan,
tanggung Jawab, kejujuran, bersyukur, lurus hati, berprinsip, integritas, kasih
Sayang, rajin, komitmen, percaya Diri, kesabaran, dan masih banyak lagi.
Mengajarkan nilai-nilai kebajikan merupakan hal kunci yang perlu diajarkan
kepada murid-murid kita. Sebagai Calon Guru Penggerak, tentunya ada beberapa
nilai yang harus dipegang seperti nilai mandiri, reflektif, kolaboratif,
inovatif dan berpihak pada murid. Ketika kita menghadapi situasi dilema etika,
akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan
kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung
jawab dan penghargaan akan hidup.
Untuk dapat mengambil
keputusan diperlukan nilai-nilai atau prinsip dan pendekatan sehingga keputusan
tersebut merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko yang paling minim
bagi semua pihak, terutama bagi kepentingan /keberpihakan pada anak didik kita.
3. Bagaimana kegiatan terbimbing
yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan
'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam
perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan
keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah
efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan
tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah
dibahas pada modul 2 sebelumnya.
Dalam dunia
pendidikan Coaching merupakan proses untuk mengaktivasi kerja otak murid.
Pertanyaan-pertanyaan reflektif yang diberikan Coach dapat membuat murid
melakukan metakognisi untuk mengambil keputusan dengan memilih sendiri
alternatif/solusi dari permasalahan yang dihadapinya tanpa paksaan dan campur
tangan orang lain. Proses coaching dilakukan sebagai pendampingan bagi
coachee dalam menemukan solusi dan menggali potensi yang ada dalam diri, yang
kemudian dituangkan dalam sebuah tindakan sebagai bentuk tanggung jawab
(TIRTA).
Menilik kembali
filosofi Ki Hajar Dewantara tentang peran utama guru (Pamong/Pedagog), maka
memahami pendekatan Coaching menjadi selaras dengan Sistem Among sebagai salah
satu pendekatan yang memiliki kekuatan untuk menuntun kekuatan kodrat anak
(murid). Pendekatan coaching sistem among dapat diterapkan dengan menggunakan
metode TIRTA yang merupakan kepanjangan dari T: Tujuan, I:
Identifikasi, R: Rencana aksi, dan TA: Tanggung
jawab. Dari segi bahasa, TIRTA berarti air. Air mengalir dari hulu ke
hilir. Jika kita ibaratkan murid kita adalah air, maka biarlah ia merdeka,
mengalir lepas hingga ke hilir potensinya. kita, sebagai guru memiliki tugas
untuk menjaga air itu tetap mengalir, tanpa sumbatan. Tugas guru adalah
menuntun atau membantu murid (coachee) menyadari bahwa mereka mampu menyingkirkan sumbatan-sumbatan yang
mungkin menghambat perkembangan potensi dalam dirinya. Hal ini selaras
dengan Tujuan coaching yaitu untuk melejitkan potensi murid agar
menjadi lebih merdeka
Pendekatan
coaching model TIRTA menjadi selaras jika disandingkan dengan 9 langkah
pengambilan dan pengujian keputusan yang bertanggung jawab dan berpihak pada
anak. Keterampilan coaching akan membantu dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan untuk memprediksi hasil, dan melihat berbagai opsi
sehingga dapat mengambil keputusan dengan baik.
Dalam proses
coaching, seorang coach menuntun agar coachee dapat menggali, memetakan
situasinya sehingga menghasilkan pemikiran atau ide-ide baru atas situasi yang
sedang dihadapi. Proses coaching menekankan pada proses inkuiri yaitu kekuatan
pertanyaan atau proses bertanya yg muncul dalam dialog saat coaching. Pertanyaan
efektif mengaktifkan kemampuan berpikir reflektif para murid dan keterampilan
bertanya mereka dalam pencarian makna dan jawaban atas situasi atau fenomena
yang mereka hadapi dan jalani.
4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek
sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?
Diperlukan kompetensi
kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran
sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship
skills) untuk mengambil keputusan. Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab
adalah kemampuan seseorang untuk membuat pilihan-pilihan yang konstruktif
terkait dengan perilaku pribadi serta interaksi sosial mereka berdasarkan
standar etika, pertimbangan keamanan dan keselamatan, serta norma sosial
(CASEL).
Diharapkan proses
pengambilan keputusan dapat dilakukan
secara sadar penuh (mindful), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi
yang ada. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa di dalam kondisi berkesadaran
penuh, terjadi perubahan fisiologis seperti meluasnya area otak yang terutama
berfungsi untuk belajar dan mengingat, berkurangnya stres, dan munculnya
perasaan tenang dan stabil (Kabat-Zinn, 2013, hal. 37). Dengan latihan
berkesadaran penuh, maka seseorang dapat menumbuhkan perasaan yang lebih tenang
dan pikiran yang lebih jernih, yang akan berpengaruh pada keputusan yang lebih
responsif dan reflektif.
5. Bagaimana pembahasan studi
kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang
dianut seorang pendidik
Sebagai
seorang pendidik seringkali kita dihadapkan pada suatu keadaan di mana kita
harus mengambil sebuah keputusan sulit. Namun, perlu kita ketahui bahwa
tidak semua keputusan sulit tersebut merupakan dilema etika. Ada kalanya itu
lebih berupa bujukan moral.
"Etika terkait
dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral. Akal dan moral dua
dimensi manusia yang saling berkaitan. Etika terkait dengan karsa karena
manusia memiliki kesadaran moral." (Rukiyanti, L. Andriyani,
Haryatmoko, Etika Pendidikan, hal. 43).
Dari kutipan di atas kita bisa menarik
kesimpulan bahwa karsa merupakan suatu unsur yang tidak terpisahkan dari
perilaku manusia. Karsa ini pun berhubungan dengan nilai-nilai atau
prinsip-prinsip yang dianut oleh seseorang, disadari atau pun tidak.
Nilai-nilai atau prinsip-prinsip inilah yang mendasari pemikiran seseorang
dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika. Ketika Guru berhadapan dengan kasus-kasus yang fokus
pada masalah moral atau etika, maka nilai-nilai diri yang dianut dan yang
paling dihargai oleh seorang pendidik akan sangat mempengaruhi dalam proses
pengambilan keputusan. Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak
seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak
pada murid, tentunya akan sangat mempengaruhi paradigma dan prinsip
pengambilan keputusan seorang Guru Penggerak.
Selama ini pada saat
mengambil keputusan, landasan pemikiran kita memiliki kecenderungan pada
prinsip: (1) Melakukan, demi kebaikan orang banyak.; (2) Menjunjung
tinggi prinsip-prinsip/nilai-nilai dalam diri kita; (3) Melakukan apa yang
Anda harapkan orang lain akan lakukan kepada diri Anda.
Etika tentunya bersifat relatif dan
bergantung pada kondisi dan situasi, dan tidak ada aturan baku yang berlaku.
6. Bagaimana pengambilan
keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang
positif, kondusif, aman dan nyaman.
Setiap keputusan yang
kita ambil akan ada konsekuensi yang mengikutinya, dan oleh sebab itu setiap keputusan
perlu berdasarkan pada rasa tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal dan
berpihak pada murid.
Sebagai
upaya pengambilan keputusan yang tepat, yang berdampak pada terciptanya
lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman dapat dilakukan dengan
bebrapa tahap berikut, yaitu:
- Mengidentifikasi
jenis-jenis paradigma dilema etika yang sesui dari suatu kasus
Jenis Paradigma
tersebut yaitu:
1. Individu lawan
kelompok (individual vs community).
2. Rasa keadilan
lawan rasa kasihan (justice vs mercy).
3. Kebenaran lawan
kesetiaan (truth vs loyalty).
4. Jangka pendek
lawan jangka panjang (short term vs long term)
- Memilih
dan memahami 3 (tiga) prinsip yang dapat dilakukan untuk membuat keputusan
dalam dilema pengambilan keputusan.
1.
Berpikir
Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking).
2.
Berpikir
Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking).
3.
Berpikir
Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
- Menerapkan
9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang diambil dalam dilema
etika
1. 1. Mengenali
nilai-nilai yang saling bertentangan
2. Menentukan siapa
yang terlibat dalam situasi ini.
3. Kumpulkan
fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.
4. Pengujian benar
atau salah
5. Pengujian
Paradigma Benar lawan Benar.
6. Melakukan Prinsip
Resolusi
7. Investigasi Opsi
Trilema
8. Buat Keputusan
9. Lihat lagi
Keputusan dan Refleksikan
· bersikap reflektif,
kritis, dan kreatif dalam proses tersebut
7. Selanjutnya, apakah
kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk
menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah
ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?
- Mengambil
keputusan sendiri untuk masalah/kasus pribadi saya sebagai pendidik
- Ketika berhadapan pada suatu dilema etika
individu lawan masyarakat (dalam konteks di sekolah). Kecenderungan
pendapat individu (kelompok kecil) akan terpatahkan oleh masyarakat
(kelompok besar). Sebagai contoh, dalam pengambilan keputusan kenaikan
kelas bagi anak yang memiliki kompetesi pengetahuan rendah tetapi memiliki
nilai karakter yang baik.
- Trauma
dari kegagalan mengambil keputusan di masa lalu
- Kekhawatiran jika keputusan yang diambil
justru berdampak tidak baik (merugikan) bagi sebagian besar suatu pihak.
- Menyelidiki situasi atau masalah secara detail
atau mengumpulkan berbagai macam informasi terkait dengan situasi
tersebut. Contoh: Seringkali informan memberi keterangan yang tidak
konsisten.
8. Dan pada akhirnya, apakah
pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang
memerdekakan murid-murid kita?
"Beban dan amanah
kepemimpinan adalah mengimbangi semua prioritas yang terpenting. Tugas saya
dalam pendidikan adalah melakukan yang terbaik. Apa yang diinginkan
kadang-kadang belum tentu itu yang terbaik. Dan untuk membuat perubahan,
apalagi perubahan transformasional, pasti ada kritik. Sebelum mengambil
keputusan, tanyakan, apakah yang kita lakukan berdampak pada peningkatan
pembelajaran murid?" (Nadiem Makarim, 2020)
Pada
konteks merdeka belajar, proses pembelajaran yang dilakukan adalah yang
berpihak pada murid. Karena itu, pengambilan keputusan yang dilakukan guru
dalam proses pembelajaran hendaknya dapat “menuntun” dan memberikan ruang bagi
murid dalam proses pengajaran untuk merdeka mengemukakan pendapat dan
mengekspresikan ilmu -ilmu baru yang didapatnya. Dengan demikian murid-murid
dapat belajar mengambil keputusan yang sesuai dengan pilihannya sendiri tanpa
paksaan dan campur tangan orang lain.
9. Bagaimana seorang
pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan
atau masa depan murid-muridnya?
Seorang pemimpin
pembelajaran yang memiliki penalaran yang baik, sepantasnya menghargai
konsep-konsep dan prinsip-prinsip etika yang pasti. Prinsip-prinsip etika
sendiri berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati dan disetujui
bersama, lepas dari latar belakang sosial, bahasa, suku bangsa, maupun agama
seseorang. Nilai-nilai kebajikan universal meliputi hal-hal seperti Keadilan,
Tanggung Jawab, Kejujuran, Bersyukur, Lurus Hati, Berprinsip, Integritas, Kasih
Sayang, Rajin, Komitmen, Percaya Diri, Kesabaran, dan masih banyak lagi.
Keputusan-keputusan
yang diambil oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran akan merefleksikan
nilai-nilai yang dijunjung tinggi, dan akan menjadi rujukan atau teladan bagi
seluruh warga sekolah, terutama bagi murid. Pendidik adalah teladan bagi
murid untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila.
10. Apakah kesimpulan akhir
yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya
dengan modul-modul sebelumnya?
Guru sebagai pendidik
yang peran utamanya adalah "menuntun" segala kodrat yang dimiliki
oleh anak, baik kodrat alam maupun kodrat zamannya, agar anak meraih
kemerdekaannya dalam belajar. Dalam proses menuntun, guru berperan sebagai
pamong, yang mengedepankan azaz pratap trikolaka ing ngarso sung
thulodo, ing madyo mbangun karso, dan tut wuri handayani dalam
kepemimpinannya di pembelajaran. Pratap Triloka KHD yang dikedepankan oleh
guru dalam pengambilan keputusan di kelas akan membawa kepada perubahan positif
pada BUDI PEKERTI anak. Kesempurnaan budi pekerti akan membawa anak pada
kebijaksanaan. Semua disiplin ilmu dan pengambilan keputun harus menuju kepada
KEBIJAKSANAAN.
Dibutuhkan
nilai-nilai kebajikan agar setiap keputusan yang diambil oleh guru
merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko yang paling minim bagi
semua pihak, terutama bagi kepentingan /keberpihakan pada anak didik kita.
Nilai-nilai kebajikan tersebut dapat berupa: keadilan, tanggung Jawab,
kejujuran, bersyukur, lurus hati, berprinsip, integritas, kasih Sayang, rajin,
komitmen, percaya Diri, kesabaran, dan masih banyak lagi. Mengajarkan
nilai-nilai kebajikan merupakan hal kunci yang perlu diajarkan kepada
murid-murid kita. Selain itu terdapat nilai khusus bagi Calon guru Penggerak
yang akan menjadi role model bagi murid yaitu: mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid,
tentunya akan sangat mempengaruhi paradigma dan prinsip pengambilan keputusan
seorang Guru Penggerak.
Selain
itu, diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri
(self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan
berhubungan sosial (relationship skills) untuk mengambil keputusan. Pengambilan
keputusan yang bertanggung jawab adalah kemampuan seseorang untuk membuat pilihan-pilihan
yang konstruktif terkait dengan perilaku pribadi serta interaksi sosial mereka
berdasarkan standar etika, pertimbangan keamanan dan keselamatan, serta norma
sosial (CASEL). Diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindful), sadar dengan
berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada. Karena di dalam kondisi
berkesadaran penuh, terjadi perubahan fisiologis seperti meluasnya area otak
yang terutama berfungsi untuk belajar dan mengingat, berkurangnya stres, dan
munculnya perasaan tenang dan stabil. Dengan latihan berkesadaran penuh,
maka seseorang dapat menumbuhkan perasaan yang lebih tenang dan pikiran yang
lebih jernih, yang akan berpengaruh pada keputusan yang lebih responsif dan
reflektif.
Setiap keputusan yang
kita ambil akan ada konsekuensi yang mengikutinya, dan oleh sebab itu setiap
keputusan perlu berdasarkan pada rasa tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan
universal dan berpihak pada murid. Sebagai upaya pengambilan
keputusan yang tepat, yang berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif,
kondusif, aman dan nyaman dapat dilakukan dengan bebrapa tahap berikut, yaitu:
- Mengidentifikasi
jenis-jenis paradigma dilema etika yang sesui dari suatu kasus
Jenis Paradigma
tersebut yaitu:
1. Individu lawan
kelompok (individual vs community).
2. Rasa keadilan
lawan rasa kasihan (justice vs mercy).
3. Kebenaran lawan
kesetiaan (truth vs loyalty).
4. Jangka pendek
lawan jangka panjang (short term vs long term)
- Memilih
dan memahami 3 (tiga) prinsip yang dapat dilakukan untuk membuat keputusan
dalam dilema pengambilan keputusan.
4.
Berpikir
Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking).
5.
Berpikir
Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking).
6.
Berpikir
Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
- Menerapkan
9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang diambil dalam dilema
etika
1. 1. Mengenali
nilai-nilai yang saling bertentangan
2. Menentukan siapa
yang terlibat dalam situasi ini.
3. Kumpulkan
fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.
4. Pengujian benar
atau salah
5. Pengujian
Paradigma Benar lawan Benar.
6. Melakukan Prinsip
Resolusi
7. Investigasi Opsi
Trilema
8. Buat Keputusan
9. Lihat lagi
Keputusan dan Refleksikan
- bersikap
reflektif, kritis, dan kreatif dalam proses tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar